Jelajah Menuju Buntu


Selamat bertamu. 
Tak apa,aku suka wajah orang-orang asing. Kerap memutar memori ke ujung waktu,dan itu baik untuk otakku. Sore hari angin mendayu merayu tuk meluapkan kalbu. Alih-alih aku malah berpuisi. Semoga tulisan ini tak basi. 

                                   

Jelajah Menuju Buntu
Selamat datang dan keasingan.
Perawan tiba di kota besar. 
Ia datang dari pulau sebrang.
Memang keras kepala.
Inginnya jauh dari rumah.
Bukan main girangnya,
Tercapailah cita hidup di tanah rantauan.
Tak tanggung ia tapakkan kaki di ujung Jawa.
"Hati-hati,kota besar itu penuh orang kasar"
Gertakan yang disulap tantangan.
Terlebih tertantang,ia makin penasaran.
Dalam imaji sudah tertanam.
Pulang nanti harus bawa buah tangan.
Buah tangan apa saja asal jangah buah hati.
Repot hidup kalau puting sibuk menyusui.
Kata ibu harus jaga diri.
Pikirnya,menjamah kota bukanlah penyebab mati.
Jadi lurus saja ia,sambil lihat-lihat sekitar.
Modal nekat bisa gawat.
Jangankan jalan,bahasa daerahnya saja masih buta.
Si perawan ogah menepi,jalan terus saja dan nikmati.
Sampai mendadak ia terhenti.
Lihat senyum manis si lelaki.
Ditawari jadi kompas pribadi.
Sekaligus pula guru bahasa jawa pribadi.
Yawes,si perawan manut ae.
Berkelilinglah mereka.
Dari ujung timur kota ke barat sana.
Siang jadi malam,malam jadi siang.
Bahagia bukan kepalang.
Asing jadi kenal,kenal jadi dekat,dekat jadi rapat.
Tapi yang rapat bisa di bobol sampai jebol.
Modal nekat bisa gawat,
Awas kualat.
Untung tak berbuah buah hati.
Untung tak berbuah buah hati.
"Untung....."
Mogok di jalan buntu.
Sendirian ia sambil bergumam "ASU".
Lelah ia mejelajah.
Si perawan pun pulang.
Si tak perawan pun pulang.
Kembali.
"Selamat datang dan keasingan,lagi" 

Comments

Popular Posts